Kamis, 10 November 2016

4 Perbedaan Pencak Silat, Karate, dan Taekwondo

Pencak Silat
Pencak silat ialah seni beladiri tradisional yang berasal dari Nusantara, di mana suku bangsanya meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina Selatan, dan Thailand Selatan. Induk organisasi pencak silat di Indonesia yaitu IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Sedangkan organisasi yang mewadahi federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa). Dalam pencak silat, konsentrasi menjadi faktor utama yang harus diperhatikan. Pencak silat banyak mendapatkan pengaruh dari agama islam, hindu, dan budha serta budaya china.
Karate
Karate merupakan seni beladiri yang berasal dari Jepang. Pengertian karate secara harfiah berarti tangan kosong, di mana teknik beladiri ini memang banyak mengandalkan tangan dan kekuatan. Organisasi yang menaungi olahraga karate di Jepang ialah JKF (Japan Karate Federation) serta organisasi yang mewadahi karate di Indonesia yaitu FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). Sementara itu, induk organisasi-organisasi karate di seluruh dunia adalah WKF (World Karate Federation). Aliran karate dapat dibedakan menjadi aliran tradisional dan aliran olahraga. Pada karate yang beraliran tradisional, pembelajaran mengenai aspek beladiri dan teknik tempur lebih diutamakan. Sedangkan karate yang beraliran olahraga lebih mengedepankan teknik-teknik untuk pertandingan olahraga.
Taekwondo
Taekwondo adalah seni beladiri yang berasal dari Korea. Tae artinya menendang/menghancurkan dengan kaki, kwon berarti tinju, dan do yaitu jalan/seni. Jadi pengertian taekwondo ialah seni beladiri yang mengutamakan tendangan dan tinjuan. Namun pada dasarnya, seni beladiri ini lebih berfokus pada penggunaan daya jangkau dan kekuatan kaki semaksimal mungkin. Seiring dengan perkembangannya, terdapat induk organisasi taekwondo di Indonesia yakni FTI (Federasi Taekwondo Indonesia). Sementara WTF (World Taekwondo Federation) merupakan federasi taekwondo seluruh dunia.

PERBEDAAN
Di bawah ini perbedaan-perbedaan pencak silat, karate, dan taekwondo versi Farof di antaranya :

  1. Pencak silat mengutamakan konsentrasi, karate mengandalkan kekuatan, dan taekwondo memfokuskan pada kecepatan.
  2. Gerakan karate banyak menggunakan tangan, taekwondo banyak memakai kaki, sedangkan pencak silat banyak memanfaatkan tangan dan kaki.
  3. Di Indonesia, induk organisasi pencak silat adalah IPSI, organisasi karate yaitu FORKI, sementara organisasi tekwondo ialah FTI.sumber :http://farof.blogspot.co.id/2016/04/4-perbedaan-pencak-silat-karate-dan.html
Sebagian orang (termasuk saya) awalnya tertarik belajar bela diri setelah menonton film laga yang menyuguhkan atraksi memukau. Ada yang iseng ikut-ikutan karena diajak teman. Kaum hawa khususnya banyak juga yang menekuni bela diri setelah dibombardir berita penculikan dan perkosaan di angkutan umum. Di sisi lain ada juga jatuh cinta setelah latihan beberapa tahun dan menjadikan bela diri sebagai jalan hidup. Bagi mereka, disiplin diri, kebiasaan menjaga sopan santun, sikap pantang menyerah, penguasaan diri dalam menghadapi lawan yang lebih kuat (baca: tantangan hidup), memberi manfaat yang tidak ternilai dibanding kemampuan menetralisir ancaman dan kesehatan prima. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum sebelum memulai pelajaran bela diri. Bila tujuannya hanya untuk gagah-gagahan pamer sabuk hitam dalam waktu secepat mungkin tentu pertimbangannya jauh lebih gampang, cari saja klub komersil abal-abal! Tapi kalau niat Anda memang ingin belajar serius untuk jangka panjang, saya harap tulisan sederhana ini dapat menjadi masukan sebelum terjun menekuni bela diri. Kesehatan Kalau badan Anda kurang flexibel dan jauh dari kekar, tidak usah khawatir. Kaki flexibel bisa split depan belakang dan menyamping, perut rata seperti Bruce Lee adalah hasil dari belajar bela diri bukan syarat untuk memulai. Tubuh krempeng dan gemuk juga seharusnya tidak menjadi penghalang (bila ragu sebaiknya berkonsultasi dengan dokter). Instruktur yang berpengalaman juga dapat memberi masukan apakah kesehatan Anda mumpuni untuk memulai latihan. Contoh, kalau punggung Anda pernah dioperasi karena jatuh patah dan hingga hari ini terkadang masih kambuh, kemungkinan besar instruktur Judo tidak akan mengizinkan Anda ikut latihan. Wong latihan dasarnya saja dibanting belajar jatuh! Tapi tidak usah patah semangat kalau Anda ada sejarah kesehatan buruk. Itu bukan harga mati. Beberapa instruktur mengakomodir kesehatan mereka dengan bersikap lebih ‘lunak’ dan melonggarkan standar kurikulum latihan dan ujian kenaikan sabuk. Jangan sampai baru beberapa kelas ternyata baru ketahuan tempurung lutut mudah bergeser (karena pernah operasi akibat kecelakaan main bola), sesak nafas selama latihan (ternyata ada ashma) atau malah pingsan (punya tekanan darah rendah)! Yang penting Anda harus jujur terbuka membeberkan sejarah kesehatan Anda kepada instruktur dan dokter (kalau diperlukan) sebelum memulai.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hendramakgawinata/5-hal-yang-perlu-dipertimbangkan-dalam-memilih-klub-bela-diri_54f5d1d2a33311ba4f8b461a
Sebagian orang (termasuk saya) awalnya tertarik belajar bela diri setelah menonton film laga yang menyuguhkan atraksi memukau. Ada yang iseng ikut-ikutan karena diajak teman. Kaum hawa khususnya banyak juga yang menekuni bela diri setelah dibombardir berita penculikan dan perkosaan di angkutan umum. Di sisi lain ada juga jatuh cinta setelah latihan beberapa tahun dan menjadikan bela diri sebagai jalan hidup. Bagi mereka, disiplin diri, kebiasaan menjaga sopan santun, sikap pantang menyerah, penguasaan diri dalam menghadapi lawan yang lebih kuat (baca: tantangan hidup), memberi manfaat yang tidak ternilai dibanding kemampuan menetralisir ancaman dan kesehatan prima. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum sebelum memulai pelajaran bela diri. Bila tujuannya hanya untuk gagah-gagahan pamer sabuk hitam dalam waktu secepat mungkin tentu pertimbangannya jauh lebih gampang, cari saja klub komersil abal-abal! Tapi kalau niat Anda memang ingin belajar serius untuk jangka panjang, saya harap tulisan sederhana ini dapat menjadi masukan sebelum terjun menekuni bela diri. Kesehatan Kalau badan Anda kurang flexibel dan jauh dari kekar, tidak usah khawatir. Kaki flexibel bisa split depan belakang dan menyamping, perut rata seperti Bruce Lee adalah hasil dari belajar bela diri bukan syarat untuk memulai. Tubuh krempeng dan gemuk juga seharusnya tidak menjadi penghalang (bila ragu sebaiknya berkonsultasi dengan dokter). Instruktur yang berpengalaman juga dapat memberi masukan apakah kesehatan Anda mumpuni untuk memulai latihan. Contoh, kalau punggung Anda pernah dioperasi karena jatuh patah dan hingga hari ini terkadang masih kambuh, kemungkinan besar instruktur Judo tidak akan mengizinkan Anda ikut latihan. Wong latihan dasarnya saja dibanting belajar jatuh! Tapi tidak usah patah semangat kalau Anda ada sejarah kesehatan buruk. Itu bukan harga mati. Beberapa instruktur mengakomodir kesehatan mereka dengan bersikap lebih ‘lunak’ dan melonggarkan standar kurikulum latihan dan ujian kenaikan sabuk. Jangan sampai baru beberapa kelas ternyata baru ketahuan tempurung lutut mudah bergeser (karena pernah operasi akibat kecelakaan main bola), sesak nafas selama latihan (ternyata ada ashma) atau malah pingsan (punya tekanan darah rendah)! Yang penting Anda harus jujur terbuka membeberkan sejarah kesehatan Anda kepada instruktur dan dokter (kalau diperlukan) sebelum memulai. Aliran Bela Diri “Aliran bela diri apa yang hebat?” adalah salah satu pertanyaan paling umum dari mereka yang berniat belajar bela diri. Jawabannya: tidak ada, semua kembali ke praktisi bela diri masing-masing. Peralatan masak canggih, bahan masakan organik sesegar apapun tidak akan menjadikan seseorang Master Chef . Instruktur, reputasi klub, teknik sehebat apapun tidak akan berarti kalau belajarnya tidak serius. Situs Youtube penuh dengan video yang membanding-bandingkan dan mempercundangi satu aliran dengan lainnya. Kalau ada video ‘Karate Vs Taekwondo’ maka Anda boleh bertaruh di video itu pasti Karateka yang keluar sebagai juara, begitu pula sebaliknya. Pertandingan kurang seru? Baca komentar-komentar di video yang bersangkutan. Dijamin lebih seru dari debat agama. Meskipun praktisi memegang peranan sentral, harus diakui setiap aliran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Keungulan/kelemahan aliran yang bersangkutan baru kelihatan dalam kondisi yang tepat. Contohnya, di lingkungan penuh litigasi seperti Australia dimana saya tinggal, melakukan serangan pencegahan (pre-emptive strike) seperti meninju ke tenggorokan ketika ‘merasa terancam’ mungkin menyelamatkan saya sementara. Tapi bila dalam rekaman CCTV hakim menilai pose tubuh penyerang tidak terlihat agresif pada saat itu, bisa-bisa saya yang masuk penjara! Dalam lingkungan seperti ini, seni bela diri lembut (soft/grappling martial arts) seperti Aikido atau Judo mungkin lebih unggul karena sebagian besar teknik mereka memerlukan energi lawan (baca: harus mendapat serangan terlebih dahulu) untuk kemudian dibalikkan kembali kepada penyerang. Hasil akhirnya, penyerang menjadi terkunci atau terbanting tanpa cedera serius (mudah-mudahan). Sekarang banyangkan situasi lain yang melibatkan 2-3 lebih penyerang sekaligus, seperti ketika terjebak dalam tawuran atau kerusuhan. Dalam situasi ini boleh jadi seni bela diri seperti Karate, Taekwondo, Krav Maga, Thai Boxing (hard/standing martial arts) lebih pas. Pada akhirnya aliran manapun tidak masalah terserah panggilan hati masing-masing. Ada yang memilih Taekwondo karena menilai teknik-teknik tendangannya terlihat indah dan menantang di kuasai. Ada juga yang menjatuhkan hati ke pencak silat setelah nonton ‘The Raid’ yang dibintangi Iko Uwais. Salah satu teman saya belajar Kungfu karena terinpirasi flim ‘Ip Man’ yang dibintangi Donnie Yen. Kalau masih sulit memutuskan, tidak ada salahnya nongkrong atau mencoba beberapa kelas di klub-klub bela diri di sekitar Anda.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hendramakgawinata/5-hal-yang-perlu-dipertimbangkan-dalam-memilih-klub-bela-diri_54f5d1d2a33311ba4f8b461a
Sebagian orang (termasuk saya) awalnya tertarik belajar bela diri setelah menonton film laga yang menyuguhkan atraksi memukau. Ada yang iseng ikut-ikutan karena diajak teman. Kaum hawa khususnya banyak juga yang menekuni bela diri setelah dibombardir berita penculikan dan perkosaan di angkutan umum. Di sisi lain ada juga jatuh cinta setelah latihan beberapa tahun dan menjadikan bela diri sebagai jalan hidup. Bagi mereka, disiplin diri, kebiasaan menjaga sopan santun, sikap pantang menyerah, penguasaan diri dalam menghadapi lawan yang lebih kuat (baca: tantangan hidup), memberi manfaat yang tidak ternilai dibanding kemampuan menetralisir ancaman dan kesehatan prima. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum sebelum memulai pelajaran bela diri. Bila tujuannya hanya untuk gagah-gagahan pamer sabuk hitam dalam waktu secepat mungkin tentu pertimbangannya jauh lebih gampang, cari saja klub komersil abal-abal! Tapi kalau niat Anda memang ingin belajar serius untuk jangka panjang, saya harap tulisan sederhana ini dapat menjadi masukan sebelum terjun menekuni bela diri. Kesehatan Kalau badan Anda kurang flexibel dan jauh dari kekar, tidak usah khawatir. Kaki flexibel bisa split depan belakang dan menyamping, perut rata seperti Bruce Lee adalah hasil dari belajar bela diri bukan syarat untuk memulai. Tubuh krempeng dan gemuk juga seharusnya tidak menjadi penghalang (bila ragu sebaiknya berkonsultasi dengan dokter). Instruktur yang berpengalaman juga dapat memberi masukan apakah kesehatan Anda mumpuni untuk memulai latihan. Contoh, kalau punggung Anda pernah dioperasi karena jatuh patah dan hingga hari ini terkadang masih kambuh, kemungkinan besar instruktur Judo tidak akan mengizinkan Anda ikut latihan. Wong latihan dasarnya saja dibanting belajar jatuh! Tapi tidak usah patah semangat kalau Anda ada sejarah kesehatan buruk. Itu bukan harga mati. Beberapa instruktur mengakomodir kesehatan mereka dengan bersikap lebih ‘lunak’ dan melonggarkan standar kurikulum latihan dan ujian kenaikan sabuk. Jangan sampai baru beberapa kelas ternyata baru ketahuan tempurung lutut mudah bergeser (karena pernah operasi akibat kecelakaan main bola), sesak nafas selama latihan (ternyata ada ashma) atau malah pingsan (punya tekanan darah rendah)! Yang penting Anda harus jujur terbuka membeberkan sejarah kesehatan Anda kepada instruktur dan dokter (kalau diperlukan) sebelum memulai. Aliran Bela Diri “Aliran bela diri apa yang hebat?” adalah salah satu pertanyaan paling umum dari mereka yang berniat belajar bela diri. Jawabannya: tidak ada, semua kembali ke praktisi bela diri masing-masing. Peralatan masak canggih, bahan masakan organik sesegar apapun tidak akan menjadikan seseorang Master Chef . Instruktur, reputasi klub, teknik sehebat apapun tidak akan berarti kalau belajarnya tidak serius. Situs Youtube penuh dengan video yang membanding-bandingkan dan mempercundangi satu aliran dengan lainnya. Kalau ada video ‘Karate Vs Taekwondo’ maka Anda boleh bertaruh di video itu pasti Karateka yang keluar sebagai juara, begitu pula sebaliknya. Pertandingan kurang seru? Baca komentar-komentar di video yang bersangkutan. Dijamin lebih seru dari debat agama. Meskipun praktisi memegang peranan sentral, harus diakui setiap aliran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Keungulan/kelemahan aliran yang bersangkutan baru kelihatan dalam kondisi yang tepat. Contohnya, di lingkungan penuh litigasi seperti Australia dimana saya tinggal, melakukan serangan pencegahan (pre-emptive strike) seperti meninju ke tenggorokan ketika ‘merasa terancam’ mungkin menyelamatkan saya sementara. Tapi bila dalam rekaman CCTV hakim menilai pose tubuh penyerang tidak terlihat agresif pada saat itu, bisa-bisa saya yang masuk penjara! Dalam lingkungan seperti ini, seni bela diri lembut (soft/grappling martial arts) seperti Aikido atau Judo mungkin lebih unggul karena sebagian besar teknik mereka memerlukan energi lawan (baca: harus mendapat serangan terlebih dahulu) untuk kemudian dibalikkan kembali kepada penyerang. Hasil akhirnya, penyerang menjadi terkunci atau terbanting tanpa cedera serius (mudah-mudahan). Sekarang banyangkan situasi lain yang melibatkan 2-3 lebih penyerang sekaligus, seperti ketika terjebak dalam tawuran atau kerusuhan. Dalam situasi ini boleh jadi seni bela diri seperti Karate, Taekwondo, Krav Maga, Thai Boxing (hard/standing martial arts) lebih pas. Pada akhirnya aliran manapun tidak masalah terserah panggilan hati masing-masing. Ada yang memilih Taekwondo karena menilai teknik-teknik tendangannya terlihat indah dan menantang di kuasai. Ada juga yang menjatuhkan hati ke pencak silat setelah nonton ‘The Raid’ yang dibintangi Iko Uwais. Salah satu teman saya belajar Kungfu karena terinpirasi flim ‘Ip Man’ yang dibintangi Donnie Yen. Kalau masih sulit memutuskan, tidak ada salahnya nongkrong atau mencoba beberapa kelas di klub-klub bela diri di sekitar Anda.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hendramakgawinata/5-hal-yang-perlu-dipertimbangkan-dalam-memilih-klub-bela-diri_54f5d1d2a33311ba4f8b461a
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Definition List

Definition list
Consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.
Lorem ipsum dolor sit amet
Consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua.